FinGram Indonesia - Kampus Keuangan Kesayangan Kita

Mengapa Tidak Dianjurkan Berinvestasi Menggunakan Utang?

By Published On: July 23, 2022Categories: Cashflow Management, Financial Planning, Investasi, Manajemen Utang9 min read

Bagikan artikel ini!

 

Banyak orang ingin menjadi kaya dalam hidupnya. Sedangkan tiap orang memiliki motif kekayaan masing-masing, ada yang ingin menjadi kaya supaya dapat membantu banyak orang, menjadi kaya supaya bisa foya-foya menikmati dunia, atau menjadi kaya demi status supaya terlihat terpandang, dan sebagainya.

 

Namun apapun motivasinya, banyak orang masih tidak tahu bagaimana caranya menjadi kaya. Sebagian memandang bahwa kaya itu adalah anugerah Tuhan, warisan dari orang tua yang sudah kaya dari jaman nenek moyang, atau beruntung menang undian ratusan juta rupiah. Bagi sebagian orang, menjadi kaya hanyalah dapat diraih melalui investasi dengan modal uang yang besar. Sedangkan orang kebanyakan tidak memiliki banyak uang untuk diinvestasikan, hingga tibalah pada suatu ide, kenapa tidak berhutang saja untuk investasi?

 


Poin Penting Artikel Ini

  • Penting diketahui bahwa menggunakan dana utang untuk berinvestasi itu sangat tidak dianjurkan karena adanya perbedaan mendasar pada utang dan investasi yang membuat kedua hal ini tidak cocok dilakukan secara bersamaan.
  • Utang sendiri memiliki sifat tetap dan pasti, maksudnya tagihannya sudah jelas nominalnya dan pasti tagihan cicilannya setiap bulan. Jika tidak dibayar tepat waktu maka kamu akan terkena denda – yang jika tidak segera dibayar, jumlahnya akan semakin besar.
  • Investasi sendiri memiliki sifat tidak tetap dan tidak pasti. Dalam bisnis, kita semua tahu jika bulan ini untung bisa jadi bulan depan malah buntung. Jika bulan ini untung 30% belum tentu bulan depan juga untung dengan nilai yang sama, bisa lebih bisa juga kurang.
  • Macam-macam investasi mulai dari yang rendah sampai tinggi risikonya semuanya tidak cocok untuk diinvestasikan menggunakan dana utang mulai dari pasar uang, obligasi, saham, crypto, sampai properti sekalipun – yang mungkin kamu sering dengar banyak pengusaha sukses menjalani usaha ini menggunakan dana utang.

 

Buat kamu yang sedang membaca artikel ini, dan sedang berencana berhutang untuk dimasukan ke dalam investasi, kamu wajib membaca tulisan ini secara hati-hati. Sebelum kamu mengambil jalan yang sesat dalam berinvestasi menggunakan dana utang, pertama-tama kamu harus paham apa itu utang dan investasi. Kedua, kamu perlu memahami jenis-jenis investasi dan mengapa tidak cocok menggunakan dana utang untuk berinvestasi pada mereka.

 

Apa itu Utang?

Utang berarti uang yang kita pinjam (dan wajib dikembalikan) dari orang atau institusi yang digunakan untuk tujuan tertentu baik bersifat keperluan penting – mendadak, konsumtif, atau usaha. Perjanjian pengembalian utang dapat berbeda tergantung kesepakatan awal dengan orang lain atau sebuah institusi keuangan.

 

Utang biasanya berkaitan erat dengan cicilan yang pasti setiap bulannya. Nilai nominalnya sudah ditetapkan sejak awal dan harus dibayar secara rutin setiap tanggal tertentu setiap bulan. Jika utang atau pinjaman ini berbunga, maka kamu juga perlu menghitung jumlah besaran bunga dan biaya adminnya. Ada bunga yang tetap dan ada juga yang dinamis – berubah seiring dengan kondisi perekonomian negara.

 

Apa itu Investasi?

Sedangkan investasi adalah sebuah penanaman modal pada suatu usaha, dimana performansi atau kinerja bisnis dapat berubah-ubah atau tidak pasti. Kadang di bulan ini bagus namun di bulan berikutnya bisa jadi bisnis memburuk, maka penerimaan imbal hasil modal bisnismu pun juga tidak dapat dipastikan setiap bulannya.

 

 

Dari penjelasan utang dan investasi di atas, seharusnya kamu dapat memahami bahwa utang dan investasi itu bagai air dan minyak, memiliki karakteristik yang berbeda, satunya pasti satunya lagi tidak pasti. Maka dari itu, berinvestasi menggunakan dana utang itu adalah suatu perbuatan yang tidak bijak – berharap mampu membayar cicilan utang yang tetap per bulan dari imbal hasil investasi yang tidak tetap. Iya jika investasi bulan ini sedang bagus, kamu dapat membayar cicilan utang, namun apa jadinya jika bisnis sedang merugi? Kamu mau bayar pakai minta maaf?

 

Namun investasi itu ada macam ragamnya, ada yang rendah risiko sampai tinggi risiko. Ada pula yang konvensional sampai yang canggih – semuanya berbasis internet dan hampir tidak pernah ada wujud fisiknya. Berikut beberapa jenis investasi yang sebaiknya jangan pernah dicoba menggunakan dana hasil berhutang – mulai dari yang rendah sampai tinggi risikonya.

 

Reksadana Pasar Uang

Jika kamu berargumentasi bahwa ada investasi yang memiliki penghasilan tetap tiap bulannya, buktinya reksadana pasar uang. Memang mereka menawarkan imbal hasil sekitar 4% setiap tahunnya. Namun coba kamu hitung, jika keuntungan yang dibagikan 4% per tahun, artinya berapa % per bulan? Hanya 0.3% saja. Sedangkan jika kamu berhutang ke bank atau pinjaman online, bunga yang mereka tagih itu sekitar 9-15% per tahun untuk bank, dan bisa sampai 20% per bulan untuk pinjaman online. Hasilnya, bukannya untung, kamu malah buntung karena harus membayar bunga lebih besar dari keuntungan yang kamu peroleh.

 

Jika kamu mau argumen lain bagaimana jika meminjam uang orang tua atau teman tanpa bunga ataupun bunga yang sangat rendah. Begini, jika saya jadi orang tua atau teman kamu, daripada saya memberi kamu uang untuk dipakai investasi rendah risiko seperti reksadana pasar uang, lebih baik saya pakai sendiri uangnya untuk investasi langsung.

 

Surat Utang/ Obligasi/ Sukuk

Sarana investasi ini memiliki profil risiko yang hampir mirip dengan reksadana pasar uang. Namun secara pembagian keuntungan, jenis investasi ini memiliki imbal hasil keuntungan lebih tinggi daripada pasar uang dan angkanya bisa sampai 7% per tahun. Namun selain angka bagi hasilnya masih relatif terlalu kecil per bulannya dibandingkan bunga pinjaman, jenis investasi ini memiliki ketidakstabilan keuntungan per bulan. Karena nilai obligasi sangat dipengaruhi dengan perekonomian suatu negara dan suku bunganya. Ingat, jika suku bunga negara meningkat maka harga obligasi akan jatuh, begitu pun sebaliknya.

 

Saham dan Reksadana Saham

Dalam investasi saham (bukti kepemilikan perusahaan) dan reksadana saham, keuntungan yang diperoleh investor dapat diperoleh dari dua sumber yaitu dividen dan capital gain. Terkait dividen, angka keuntungan yang dibagikan perusahaan biasanya tergantung hasil rapat direksi berdasarkan kinerja perusahaan. Lagi, meskipun ada perusahaan yang secara historis mampu memberikan dividen yang cukup besar dari nilai investasi, namun angka itu tidak tetap dari tahun ke tahun.

 

Selain itu, capital gain atau keuntungan yang diperoleh dari penjualan harga saham dikurangi nilai pembeliannya, sangat bergantung pada momentum naik-turunnya harga saham. Jika pada saat eksekusi penjualan saham, harga jual lebih tinggi dari harga beli maka kamu untung (capital gain), namun jika sebaliknya maka disebut capital loss atau bisa jadi kamu sedang melakukan cut loss. Dalam kondisi ini, sekali lagi momentum naik turunnya harga saham tidak dapat diprediksi dengan pasti, sama seperti bisnis, maka sangat tidak dianjurkan mengharapkan keuntungan dari dividen maupun capital gain pada saham untuk membayar cicilan utang yang tetap dan pasti setiap bulan.

 

Crypto dan NFT

Pada investasi mata uang crypto yang sedang menjadi tren saat ini, juga tidak dianjurkan menggunakan dana utang, karena memiliki karakteristik yang jauh lebih ekstrim daripada volatilitas atau naik-turunnya harga saham. Misal jika harga saham memiliki rata-rata volatilitas sekitar 5-20% yang artinya dalam satu hari suatu harga saham dapat naik ataupun turun sampai 20% dari harga kemarin. Sedangkan mata uang crypto memiliki volatilitas yang sangat tinggi. Misal nilai saldo crypto kamu kemarin adalah 1juta rupiah bisa jadi besok naik sampai puluhan atau ratusan juta, namun juga dapat terjadi sebaliknya dari ratusan juta bisa jadi besok tinggal ratusan atau puluhan ribu rupiah. Senam jantungnya ngalahin naik roller coaster tidak pakai pengaman.

 

Sedangkan NFT atau Non Fungible Token adalah sebuah sertifikat karya dalam bentuk digital bisa berupa gambar, foto, video, musik, dan lainnya yang bersifat unik (tidak dapat ditukar atau diganti). Untuk menggambarkan konsep NFT bayangkan saja seperti membeli lukisan antik. Kita membeli sebuah lukisan dari seorang pelukis terkenal, tentu saja harganya tidak murah. Kemudian kita berharap dapat menjualnya bulan depan dengan harga yang lebih tinggi. Sama halnya dengan berbisnis, ada banyak faktor yang membuat penjualan tidak semulus rencana. Bisa jadi ada banyak yang berminat namun harga penawaran dari mereka tidak mencapai harga jual yang kita inginkan. Atau ada penawaran yang masuk ekspektasi namun pelaksanaan pembeliannya masih tahun depan. Maka dari itu, penggunaan dana utang untuk berbisnis NFT juga sangat tidak dianjurkan.

 

Bisnis Konvensional

Baik investasi di pasar modal sampai di pasar digital kekinian, semuanya tidak menganjurkan menggunakan dana utang untuk berinvestasi di dalamnya. Namun bagaimana dengan bisnis konvensional? Misal ada teman atau saudara yang sedang menjalankan usaha keluarga seperti rumah makan, cetak sablon, bengkel motor, dan sebagainya. Apakah jenis investasi penanaman modal pada usaha keluarga atau teman juga tidak dianjurkan menggunakan dana utang? Jawabannya iya. Karena pada akhirnya konsep menanam modal pada bisnis seperti ini sama dengan membeli surat kepemilikan perusahaan atau saham yang sudah dijelaskan pada bagian investasi saham dan reksadana saham di atas.

 

Real Estate atau Properti

Mungkin kamu sering membaca buku atau mendengar kisah orang sukses tentang membangun kekayaannya melalui usaha properti menggunakan dana utang. Hal ini tidak keliru, karena pada umumnya bank sangat suka memberikan dana pinjaman untuk pengusaha properti. Hal ini dikarenakan daya tarik pembelian tempat hunian bagi masyarakat kita cukup tinggi, mulai dari yang kelas bawah sampai tinggi.

 

Namun sayangnya, bank hanya tertarik memberikan dana pinjaman kepada pengusaha yang sudah memiliki kredibilitas dan banyak aset untuk dijaminkan dalam usaha propertinya. Jadi, buat kamu yang bukan siapa-siapa, tidak pernah melakukan usaha apapun, tiba-tiba datang ke bank minta diberi pinjaman untuk bisnis properti, sudah dapat dipastikan bank akan menolak kamu ibarat rakyat jelata tiba-tiba masuk istana untuk melamar si putri raja.

 

Bagi pengusaha properti yang masih merintis, biasanya mereka tetap memakai dana sendiri. Jikalau ada keluarga atau teman yang mau mendanai usahanya, biasanya karena mereka telah percaya dengan kredibilitas kapasitas berbisnis si pengusaha tersebut. Bagi bank, mereka hanya mau memberi pinjaman jika si pengusaha telah mampu membuktikan sukses menjalankan beberapa proyek di awal, itupun dengan catatan si pengusaha harus menjaminkan aset fisiknya sebagai agunan jika terjadi gagal bayar.

 

Baik sebagai pengusaha maupun investor, usaha real estate atau properti ini juga memiliki tingkat ketidakpastian untung yang sangat tinggi. Tidak semua properti yang telah dibangun dapat terjual dengan cepat dan sesuai dengan harga yang kita ekspektasikan. Maka dari itu, tidak semua pengusaha rintisan akan dengan mudah memperoleh kepercayaan bank atau bahkan keluarga dan teman sendiri terkait peminjaman dana utang. Pada akhirnya, kalau bank, keluarga, dan sahabat saja tidak dapat dengan mudah memberikan dana pinjaman ke pengusaha propertinya langsung, apalagi buat kamu yang belum siapa-siapa di dunia properti ini.

 

 

Penutup

Menginvestasikan uang ke dalam sarana investasi harus disertai ilmu dan kedisiplinan tinggi. Jika di antara kamu sudah ada yang berpengalaman terlanjur menggunakan dana utang untuk berinvestasi silahkan share cerita kamu di kolom komentar.

 

 

Bentuk Kebiasaan Mengelola dan Mencatat Keuangan

Sebelum berinvestasi perlu diawali dengan membuat tujuan keuangan dan rencana investasi yang jelas supaya kamu tahu kapasitasmu dengan masuk akal dan tidak diburu nafsu untuk meminjam uang. Selain itu, motif untuk menjadi kaya perlu dibarengi dengan membuat laporan keuangan bulanan supaya kamu dapat rutin memonitor dan mengevaluasi tingkat kekayaan atau net aset (aset dikurangi utang) dari bulan ke bulan – apakah net aset kamu semakin meningkat/ semakin kaya atau malah semakin menurun/ semakin miskin. Sedangkan membiasakan diri mencatat laporan keuangan memerlukan dorongan motivasi yang tepat baik dari diri sendiri maupun dari orang lain. Untuk itu, FinGram menyediakan sebuah komunitas WhatsApp Grup Finansiologi untuk membantu kamu membentuk habit atau kebiasaan dalam mengelola serta mencatat keuanganmu. Silahkan bergabung di grup ini, gratis (bit.ly/grupfinansiologi).

 

Dapatkan Notifikasi Artikel Terbaru

Ingin selalu mendapatkan konten ringkas dan mencerahkan seperti ini? mari berlangganan dengan memasukan alamat email kamu. Setiap minggu, editor kami akan memilihkan artikel terbaru yang berkualitas untuk pembaca setia.

Bagikan artikel ini!

Leave A Comment