FinGram Indonesia - Kampus Keuangan Kesayangan Kita

Mengapa Terkadang Berita Baik Dapat Direspon Negatif Oleh Orang Lain?

By Published On: June 22, 2022Categories: Investasi, Saham4 min read

Bagikan artikel ini!

 

Pernah tidak melihat sebuah emiten yang mengeluarkan berita bagus, misal laporan kuartalnya menunjukan hasil positif, tapi harga pasarnya malah terjun? Fenomena ini termasuk kejadian yang kadang terjadi di dalam bursa saham, dikarenakan sebuah pasar yang efisien – merefleksi kekuatan fundamental perusahaan 100% – tidak selalu terjadi di kehidupan nyata. Pembentukan sebuah harga perusahaan di pasar itu memiliki dua sisi yaitu science dan art, yaitu pertama dipengaruhi oleh kinerja perusahaan tersebut dan kedua oleh ekspektasi para investor.

 


Poin Penting Artikel Ini

  • Penilaian harga saham menggunakan science atau kalkulasi rasional berdasarkan data kinerja 5-10 tahun ke belakang, pola bisnis tiap kuartal, rencana kerja perusahaan, sampai riset dan produk yang sedang dikembangkan.
  • Penilaian harga saham berdasarkan aspek art, misalnya mengestimasi prasangka investor. Jika tidak terpenuhi dapat berujung kekecewaan dan mereka menjual saham sehingga harga suatu emiten terjun payung meskipun laporan menunjukan hasil positif.
  • Perusahaan dengan market cap rendah memungkinkan harga sahamnya lebih mudah naik turun oleh para spekulan atau bandar.
  • Tingginya suku bunga membuat investasi rendah risiko seperti pasar uang dan obligasi menjadi lebih menarik daripada investasi tinggi risiko seperti saham.

 

Science of Valuation

Dalam menilai saham menggunakan science atau kalkulasi rasional, kita bisa menghitungnya berdasarkan fundamental suatu emiten seperti data performa 5-10 tahun ke belakang, kinerja tiap kuartal untuk mengetahui pola siklus bisnisnya, menilik rencana kerja perusahaan jangka pendek dan panjang, sampai menilai riset produk yang sedang dikembangkan saat ini. Kita juga bisa menghitung nilai pasar suatu saham dengan membandingkan rasio keuangan atau performansi perusahaan X dengan perusahaan lain pada industri sejenis.

Apabila laporan keuangan perusahaan yang telah terbit menunjukan kemajuan sesuai dengan perhitungan logis kita, namun pasar alih-alih merespon secara negatif, maka kita juga perlu melihat aspek art dalam mengukur harga saham – misalnya mengestimasi prasangka investor yang dapat menyebabkan harga pasar terjun bebas.

 

Art of Valuation

Penjelasan atas kekecewaan investor ini dapat dijelaskan paling tidak dalam tiga alasan (namun dapat lebih).

Pertama, meskipun suatu perusahaan, misal X melaporkan pertumbuhan laba sebesar 8%, namun jika angka ini dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan pada 2-3 tahun terakhir misal sebesar 10%, maka angka positif 8% ini masih tidak lebih baik dari performa di masa lalu.

Kedua, angka pertumbuhan yang dilaporkan oleh perusahaan tersebut tidak mengalahkan atau minimal sama dengan asumsi para analyst saham. Pada dasarnya analyst saham profesional memiliki ketajaman penilaian hasil dari jam terbang bertahun-tahun dalam melakukan valuasi – maka hasil penilaian mereka dalam konsensus biasanya dapat lebih dipertanggungjawabkan daripada perhitungan kita sendiri.

Ketiga, adanya jejaring grup saham di Telegram atau WhatsApp atau media sosial lainnya yang berhasil mempengaruhi para investor terkait ekspektasi pertumbuhan suatu perusahaan. Misal suatu grup yang memiliki anggota investor dalam jumlah signifikan berasumsi bahwa pertumbuhan perusahaan X seharusnya 12%, bukan 10% hasil rata-rata penilaian para valuator profesional. Alhasil, meskipun saham X membukukan pertumbuhan 11%, mayoritas investor dalam grup tersebut akan tetap kecewa dan menjual sahamnya, karena tidak memenuhi ekspektasi 12% mereka.

 

 

Faktor Lain dalam Menilai Harga Saham

Dari tiga penjelasan di atas, sebenarnya masih ada banyak penjelasan lainnya, misal:

(1) faktor kecilnya market cap (harga saham dikali lembar saham yang tersedia di pasar) yang membuat pergerakan sedikit saja oleh noise trader (trader yang perilaku jual belinya sangat dipengaruhi oleh berita terbaru daripada analisis fundamental) berpengaruh besar terhadap volatilitas (naik turunnya) harga saham, atau

(2) naiknya suku bunga yang menyebabkan tingkat return investasi rendah risiko (seperti obligasi atau pasar uang) menjadi lebih menarik daripada saham.

 

 

Pesan Moral

Meskipun faktor di atas dapat terjadi secara kebetulan pada momen berita baik diluncurkan, investor harus mengenali bahwa riak kecil ini hanya akan berlangsung sementara. Kita perlu sadari bahwa analisis science – fundamental dan arttrading harus dipahami secara seimbang oleh investor yang mendambakan imbal balik investasinya dalam jangka panjang, supaya tidak keburu kecewa dengan galaunya harga saham. Dengan memahami dua sisi penilaian tersebut, investor perlu memiliki pegangan (nilai valuasi suatu perusahaan dan asumsi pendukung atau hipotesis investasi), serta terus meng-update berita-berita terbaru untuk memastikan apakah pasar masih sejalan dengan hipotesis investasi kita.

Apabila berita tersebut berlawanan dengan asumsi yang sudah kita pegang, maka bisa jadi ini saatnya untuk mengkaji ulang prasangka kita. Namun jika berita tersebut masih sejalan dengan hipotesis investasi kita, maka bisa jadi ini adalah kesempatan emas untuk membeli saham tersebut dengan harga lebih murah. Ini sama seperti kata mbah Warren Buffet yang legendaris, “Jual ketika semua orang rakus, dan belilah ketika yang lain sedang ketakutan.”

 

 

Penutup

Supaya kamu lebih memahami fenomena ini, coba cari artikel di internet atau YouTube yang menjelaskan anomali tersebut. Kemudian jangan lupa share di sini pendapat kamu tentang peristiwa saham turun setelah berita baik terbit.

 

Dapatkan Notifikasi Artikel Terbaru

Ingin selalu mendapatkan konten ringkas dan mencerahkan seperti ini? mari berlangganan dengan memasukan alamat email kamu. Setiap minggu, editor kami akan memilihkan artikel terbaru yang berkualitas untuk pembaca setia.

Bagikan artikel ini!

Leave A Comment